Beranda | Artikel
Keluarga Muslim di Bulan Ramadhan
Selasa, 11 April 2023

Bulan Ramadhan, bulan penuh barakah dari Allâh عزوجلّ . Allâh عزوجلّ menjanjikan surga, mencurahkan ragam rahmat, limpahan pahala dan ampunan dosa-dosa serta peningkatan derajat bagi umat Muhammad ﷺ. Sebagaimana juga Dia عزوجلّ membebaskan hamba-hamba-Nya dari Neraka pada bulan yang datang setelah Sya’bân ini. Bagaimanakah sebaiknya keluarga Muslim menyongsong dan mengisi bulan Ramadhan?. Semoga tulisan ini yang kami adaptasi dari Majallah al-Islâh edisi IV tahun 1428 H dalam rubrik Qadhâyâ al-Usrah dengan judul makalah al-Usratu fî Ramadhân menjadi tambahan ilmu dalam mengisi hari-hari di bulan Ramadhan. Amin.

Dahulu, para generasi Salafush Shalih memberikan atensi khusus terhadap bulan Ramadhan. Mereka memohon kepada Allâh عزوجلّ agar Dia عزوجلّ berkenan mempertemukan mereka dengan bulan mulia itu. Seusai Ramadhan, mereka memohon kembali kepada Allâh عزوجلّ agar berkenan menerima amal-amal shalih yang telah mereka lakukan di dalamnya.

Sikap mereka itu muncul tiada lain dikarenakan mereka memahami betul arti penting bulan Ramadhan dan detik-detiknya yang amat berharga. Karena itu, setiap individu dan keluarga Muslim sangat bermanfaat untuk meraih keutamaan-keutamaannya, sehingga mereka pun mempersiapkan diri dengan ketakwaan dan iman, bukan dengan berhias diri. Mereka menyambutnya dengan giat menegakkan shalat dan sungguh-sungguh berpuasa, bukan dengan simbol-simbol.

Maka, untuk mengikuti generasi Salaf dan qudwah mereka, yaitu Nabi n, selayaknya kita semua mengingatkan diri kita, para kepala rumah tangga dan ibu-ibu untuk melakukan tanggung-jawab terhadap keluarga mereka demi menggapai apa yang telah digapai oleh generasi terdahulu. Sungguh, orang yang melakukannya, ia akan benar-benar beruntung dan sebaliknya, orang yang mengabaikannya, sungguh ia akan merugi sejadi-jadinya.

Kemuliaan Ramadhan dan urgensinya bagi keluarga Muslim

Allâh عزوجلّ berfirman:

﴿ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ …. ﴾

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (QS. Al-Baqarah/2:185).

Allâh عزوجلّ mengistimewakan bulan Ramadhan di atas bulan-bulan qamariyah lainnya dengan banyak keistimewaan dan keutamaan. Di antaranya;

  1. Bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi daripada minyak kasturi.
  2. Malaikat memohonkan ampunan bagi orang-orang yang berpuasa hingga mereka berbuka.
  3. Setan-setan dirantai.
  4. Pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup
  5. Di dalamnya terdapat malam kemuliaan (lailatul qadar) yang lebih baik dari seribu bulan.
  6. Allâh عزوجلّ menjadikan hamba-hamba-Nya merdeka dari Neraka. Dan ini terjadi setiap malam di bulan Ramadhan.

Inilah keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan. Bagaimana kita menyongsong dan menyambutnya?. Apakah dengan sibuk mencari dan mempersiapkan berbagai macam makanan dan minuman sepanjang bulan?. Ataukah dengan perasaan kesal terhadap kedatangannya dan ibadah menjadi berat atas diri kita. Na’ûdzu billâh min dzâlik.

Keluarga Muslim menyambut Ramadhan dengan taubah nashuha. Dan semua komponennya memiliki tekad kuat untuk memanfaatkannya dan menyibukkan detik-detiknya dengan beramal shalih.

Bulan Ramadhan merupakan media untuk mensucikan jiwa dengan selalu berbuat ketaatan, istiqomah dan membersihkan diri dari kotoran dosa dan maksiat yang telah menghinggapi sebelumnya.

Beberapa arahan bagi keluarga Muslim untuk memanfaatkan bulan Ramadhan

  1. Orang tua semangat mengingatkan anak-anak mereka tentang hakikat Ramadhan sebelum kedatangannya dengan menerangkan pentingnya ibadah puasa dan hukum[1]hukumnya.
  2. Membiasakan anak-anak untuk berpuasa dan menanamkan pada mereka untuk bersabar dalam menjalankannya. Dahulu, generasi Salafush Shalih membiasakan anak-anak mereka untuk berpuasa. Dari Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz x, ia mengatakan, “…Dan kami memerintahkan anak-anak kami yang masih kecil untuk berpuasa. Kami mengajak mereka pergi ke masjid-masjid. Dan kami membuatkan mainan bagi mereka dari bahan shuuf (kulit domba). Apabila salah seorang dari mereka menangis karena meminta makanan, kami berikan mainan itu kepadanya hingga sampai waktu berbuka”.

Imam Nawawi رحمه الله mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat kesimpulan untuk melatih anak melakukan ketaatan (kepada Allah) dan melatih mereka untuk mengerjakan ibadah, meskipun mereka belum mencapai usia mukallaf”. 1

  1. Mendorong keluarga untuk menjaga shalat lima waktu di masjid dengan berjamaah bagi laki-laki. Demikian juga mendorong mereka untuk komitmen mengerjakan amal-amal yang disyariatkan, termasuk shalat tarawih. Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متفق عليه)

Barang siapa mengerjakan shalat malam di bulan Ramadhan karena keimanan dan berharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau (HR. Muttafaqun ‘alaih).

Boleh juga orang tua menyemangati anak-anak untuk berpuasa dan tarawih dengan iming[1]iming hadiah menarik yang akan diberikan bagi siapa saja yang menyempurnakan puasanya dan giat mengerjakan shalat tarawih.

  1. Mendorong mereka untuk banyak-banyak membaca Al-Qur`ân, mengulang-ulang hafalan dan membaca dzikir-dzikir. Para Ulama dahulu, seperti Imam Mâlik رحمه الله, Imam Ats-Tsauri رحمه الله dan lainnya lebih fokus untuk membaca Al-Qur`ân daripada hadits dan mengadakan majlis ilmu. Dan ketika membaca, hendaknya tidak melupakan aspek tadabbur, yaitu memahami, merenungi dan meresapi makna-makna ayat yang dibaca.
  2. Memperingatkan mereka dari perkara-perkara yang akan merusak puasa yang terkadang dilalaikan oleh sebagian orang, seperti ghibah, namimah, berkata-kata jorok, main-main, dusta dan seluruh perbuatan haram lainnya. Bulan Ramadhan bukan bulan untuk sekedar menahan diri dari makan, minum semata. Akan tetapi, juga tetap harus mengekang anggota tubuh dari perbuatan-perbuatan haram umumnya.
  3. Memanfaatkan Ramadhan untuk berdakwah dalam kesempatan pertemuan dengan keluarga besar dan untuk bersilaturahmi, serta selalu komitmen untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar, karena hati manusia di bulan Ramadhan lebih mudah menerima nasihat.
  4. Tidak membebani ibu (istri) dengan sekian banyak permintaan jenis makanan, masakan ataupun minuman. Sebab, ibu (istri) juga mesti memanfaatkan waktu di bulan Ramadhan untuk menambah keimanan, ketaatan dan ibadah kepada Allâh عزوجلّ . Maka, seluruh anggota rumah harus qanaah dengan makanan yang sudah cukup dan memadai untuk membantu mereka beribadah kepada Allâh عزوجلّ yang lebih baik daripada makanan banyak yang akhirnya mubadzir dan memberatkan untuk beribadah kepada Allâh عزوجلّ .

Perlu diperhatikan secara khusus oleh ibu-ibu, ketika mereka memasak hendaknya menata niat yang baik untuk memohon pahala dari Allâh عزوجلّ saat memasakkan makanan, mempersiapkan jamuan bagi keluarganya. Dan alangkah baiknya, ada semacam tape recorder yang akan memperdengarkan kajian-kajian Islam atau nasihat-nasihat yang bisa didengar oleh ibu yang tengah sibuk di dapur.

  1. Menganjurkan keluarga untuk berinfak, dan mencari tahu tetangga-tetangga yang membutuhkan bantuan.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضِي الله عَنْهُمَا قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ أَجْوَدَ النَّاسِ. وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُوْنُ فِيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ. وَكَانَ يَلْقَاهُ فِيْ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرآنَ. فَرَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ

Dari Ibnu Abbâs رضي الله عنهما  , sesungguhnya ia berkata, “Rasûlullâh ﷺ  adalah insan paling dermawan. Dan beliau menjadi paling dermawan lagi di bulan Ramadhan, tatkala berjumpa dengan (malaikat) Jibril. Jibril berjumpa dengan beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan, lalu membacakan al-Qur`ân di hadapannya. Sungguh, Rasûlullâh lebih dermawan dengan membagikan kebaikan dibandingkan angin yang berhembus”. (HR. Al-Bukhâri dan Muslim).

Orang tua bisa memberikan lembaran-lembaran uang kepada anak-anak yang akan mereka berikan kepada fakir-miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Ini sebuah cara edukasi mujarab untuk menanamkan cinta bersedekah pada anak-anak. Atau sebelumnya, orang tua menyediakan satu kotak khusus di rumah sebagai tempat mereka untuk mengumpulkan sedekah mereka dari uang saku mereka sendiri.

  1. Orang tua menyusun agenda untuk mengajar-kan tafsir Al-Qur`ân atau menjelaskan hadits di bulan Ramadhan, dan menjauhkan mereka dari TV , dan hal-hal lain yang melalaikan mereka dari ibadah di bulan Ramadhan.
  2. Kepala rumah tangga bersemangat untuk membangunkan anggota keluarganya di malam-malam sepuluh terakhir untuk menyongsong dan menggapai malam kemuliaan, lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana dahulu dilakukan oleh Rasûlullâh ﷺ . Rasûlullâh bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa mengerjakan shalat malam pada malam lailatul qadar karena keimanan dan berharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hendaknya siapa saja bertambah semangat di malam-malam terakhir yang amat berharga ini. Jangan sampai mengalami penurunan atensi kepadanya, dengan menghabiskan malam-malam yang mahal itu di pasar untuk memenuhi kebutuhan anak-anak atau sibuk di dapur untuk mempersiapkan jamuan hari raya.

  1. Menyambung hubungan dengan famili dan memperhatikan keluarga besar yang mengalami kesulitan ekonomi, serta memberikan kepada mereka hidangan buka puasa yang keutamaannya sangat besar. Sebagaimana mengikutsertakan anak-anak dalam silaturahmi dan empati untuk melatih mereka memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain.
  2. Bagi siapa saja yang dikarunia rezeki yang berlebih, hendaknya memanfaatkan rezeki dari Allâh عزوجلّ untuk melakukan umrah bersama keluarga di bulan Ramadhan.

Rasûlullâh ﷺ  bersabda:

عُمْرَةٌ فِيْ رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً

Umrah di bulan Ramdahan sebanding dengan haji (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Nilai-nilai Ramadhan banyak sekali bagi keluarga Muslim

Ramadhan merupakan madrasah penggemblengan iman bagi keluarga Muslim. Melalui taujihat (arahan) yang telah disebutkan di muka, keluarga Muslim akan menggapai kebaikan yang melimpah dan menuai hasil yang bermanfaat. Dampak-dampak positifnya pun akan membekas meski Ramadhan telah usai.

Keluarga Muslim akan terbina untuk selalu mengesakan Allâh سبحانه وتعالى , bermuraqabah kepada-Nya dalam keadaan sepi dan ramai dan mengimani Hari Akhir, Surga dan Neraka. Kesabaran pun akan mereka raih melalui ibadah puasa sepanjang bulan. Selain itu, keluarga Muslim akan mencintai Al-Qur`ân dan masjid. Keluarga Muslim akan mengetahui pentingnya memperhatikan keadaan orang-orang fakir-miskin, menjauhi sifat bakhil. Dan masih banyak nilai-nilai positif lainnya yang akan digapai oleh keluarga Muslim yang mengisi Ramadhan dengan sebaik-baiknya.

Penutup

Oleh sebab itu, keluarga Muslim tidaklah pantas untuk menyia-nyiakan kesempatan emas ini yang datang hanya sekali dalam setahun saja. Ramadhan merupakan kesempatan untuk menghapus dosa, memperoleh ampunan, selamat dari Neraka serta media bagi kita untuk introspeksi diri dan bersungguh-sungguh menggapai ridha Allâh سبحانه وتعالى .

Abu Minhal, Lc

 

Footnote:

1 Syarhu Shahîh Muslim VIII/14.

 

Majalah As-Sunnah Edisi Khusus (02-03) Thn XIX / Sya’ban-Ramadhan 143614 / Juni-Juli 2015M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/baituna/keluarga-muslim-di-bulan-ramadhan/